[R-slider id=”5″]

Profil Daniel Alamsjah

Daniel Alamsjah lahir di Lampung, 17 Oktober 1943, masa muda Daniel bukanlah masa muda yang enak. Karena ia dilahirkan di keluarga yang sangat sederhana sehingga hari harinya dilalui dengan sangat menyedihkan. Hampir tiap hari hanya makan dengan Jagung bila makan dengan nasi pun harus makan nasi yang banyak batu nya.

Hampir 2 tahun penah bekerja menjadi kenek truk yang tugasnya menaikan dan menurunkan batu bata. Baik ada ataupun tidak ada muatan, Hujan maupun tidak, Daniel harus tetap di belakang bak truk. Akhirnya Daniel jatuh sakit dan didiagnosa oleh dokter dengan penyakit paru-paru. Dengan kondisi tidak punya uang untuk berobat, ia hanya mengandalkan Tuhan saja. Saat itu Daniel berjemaat di GBI Rawabebek, Pendeta Sukarno saat itu dengan rutin mendoakan untuk kesembuhan Daniel. Mujzat kesembuhan terjadi sehingga ia bisa masuk diterima di perusahaan trading export & import yang mengharuskan test kesehatan sebelumnya. Ia berhasil lolos dari test kesehatan tersebut karena paru-parunya sudah pulih.

Kemudian Daniel secara otodidak belajar kepabeanan (Bomzaken) yang pada tahun 1972 banyak dicari oleh perusahaan perusahaan di Indonesia. Sampai pada akhirnya Daniel bisa membuka kursus export import melalui ilmu bomzaken / kepabeanan yang ia pelajari. Murid-muridnya pun banyak tersebar di seluruh Indonesia.

Tahun 1978 kemurahan Tuhan kembali dinyatakan dalam hidupnya, Daniel diterima di salah satu perusahaan asing ternama di Jakarta. Padahal ia hanya seorang lulusan Sekolah Rakyat (Saat ini SD), karirnya di perusahaan ini terus naik bahkan para manager / ekspatriat belajar export import dengannya.

Melalui pekerjaannya di perusahaan asing ini, ekonominya ikut membaik, ia bisa membeli rumah di daerah Jatiwaringin dan membeli mobil serta membuka bisnis percetakan.

Saat itu ia membuka rumah pribadinya untuk ibadah persekutuan doa bahkan Daniel pun menjadi pelopor terbentuknya Persekutuan Doa Karyawan di GRI Plaza tempatnya bekerja.

Sejarah Bukit Rhema

Suatu hari saat Daniel sedang berdoa di lantai atas rumahnya, saat itu ia sedang mendoakan gereja GPdI Cipinang dan selesai berdoa dan membuka mata dan ia melihat di tembok ada gambar perbukitan dan Rumah Tuhan. Hanya beberapa detik lalu gambar itu pun hilang. Rupanya Tuhan sedang memberikan penglihatan tentang Bukit Rhema yang saat itu ia belum tahu maksudnya.

Seperti biasa di masa liburan lebaran, ia dan keluarga pergi ke Borobudur (Lokasi Kampung Istri). Sesampainya disana, ada seorang pemuda desa yang bernama Jito akan mencari rumput di bukit. Daniel pun diajak Jito untuk naik ke bukit, sesampainya di bukit ia terheran-heran karena bukitnya sama dengan penglihatannya dan sangat indah.

Selesai liburan ia kembali ke Jakarta tetapi bukit di dusun Gombong itu terus terbayang di pikirannya. Semacam ada suatu magnit untuk ia kembali lagi ke Borobudur, Jawa Tengah.

Tuntunan Roh Kudus

Benar kalau Tuhan yang panggil kita tidak bisa mengelak, keinginan untuk kembali ke Borobudur tak tertahan, padahal baru 1 minggu dari sana, yang biasanya hanya sekali dalam setahun menjelang lebaran.

Ia kembali ke Borobudur dan pada sorenya mau berdoa ke bukit. Saat itu mertua tidak mengijinkan dengan alasan di bukit masih banyak ular dan jadi-jadian maupun roh jahat.

Berdoa Semalaman di Bukit

Keinginan untuk berdoa dalam hatinya tak terbendung, walau secara manusia ia juga seorang penakut. Roh Kudus senantiasa mengingatkan roh yang di dalam mu lebih besar dari roh yang di dunia. Akhirnya jam 5 menjelang magrib, ia sendirian ke bukit untuk berdoa, sampai di bukit hari sudah hampir gelap, dibawah sebuah pohon Daniel mulai memuji dan menyembah Tuhan. Suasana di bukit waktu itu sangat gelap dan dingin, untungnya saat itu ia bawa kain sarung dan lampu senter. Ada rasa takut tetapi TUHAN ingatkan ayat banyak malaikat-malaikat sorga mengelilingi orang-orang percaya, jadi ketakutan pun hilang.

Mendapat Firman

“Kalau dipikir dengan akal sehat, saya seperti orang gila.”

Malam itu Daniel memuji dan menyembah sangat keras, ketika tengah malam ia mulai kelelahan. Saat itu ia berdoa dan membaca Alkitab lalu sebuah ayat yang hurufnya membesar di 1 Tawarikh 28:10, yang bunyinya: Camkanlah sekarang, sebab TUHAN telah memilih engkau untuk mendirikan sebuah rumah menjadi tempat kudus. Kuatkanlah hatimu dan lakukanlah itu.”

Seakan tak percaya, ia baca berulang-ulang dan tetap isinya begitu, Daniel pun malam itu menangis, ini sebuah perintah Tuhan untuknya! Malam itu ia bilang dengan Tuhan, “Saya bukan pendeta atau rohaniawan”, Mengapa disuruh membangun rumahMU, kemudian sebuah ayat yang ke 20a : “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, dan lakukanlah itu; janganlah takut dan janganlah tawar hati, sebab TUHAN Allah, Allahku, menyertai engkau.” Sekitar jam 4 pagi, Daniel turun dari bukit degan hati yang mantap, karena sudah tahu rencana Tuhan.

Minta Tanda

Saat turun dari bukit, banyak warga desa yang bertanya apa gak ketemu orang gila semalaman berteriak-teriak di bukit?, dalam hatinya hanya tersenyum, wah disangka orang gila.

Kemudian bertemu dengan bapak mertua untuk menanyakan siapa pemilik tanah di bukit? Ternyata mertua pun tidak tahu, lalu ia pamit kembali ke jakarta dengan berpesan agar memberitahukannya jika ada orang yang ingin menjual tanah di bukit. Dalam perjalanan pulang ke Jakarta, sepanjang jalan ia berdoa. “Kalau benar TUHAN punya rencana dalam hidup ku, biar yang punya tanah datang ke Jakarta.”

Seminggu berlalu, benar Tuhan memberikan tanda, bapak mertua diutus oleh pemilik tanah untuk menemuinya di Jakarta, Pemilik tanah menawarkan tanah 2.000 m2 dengan harga Rp. 8 juta, Tahun 1988 baginya uang segitu adalah gaji selama satu tahun. Daniel mencoba menawar Rp. 1,5 juta.

Satu bulan kemudian, bapak mertua datang lagi ke Jakarta diutus oleh orang yang berbeda lagi untuk menawarkan tanah Karangrejo 3.000 m2 dengan harga Rp. 2 juta dan ditawar Rp. 1,5 juta dan dikasih, tetapi ia bingung tidak punya uang untuk membayarnya, TUHAN ingatkan kalau ia punya deposito sebesar Rp. 2 juta untuk persiapan biaya anaknya kuliah. Daniel pakai uang depositonya, satu minggu kemudian Tuhan sudah mengganti, melalui orang yang mengirimkan amplop dalam parsel natal yang ia pun sudah lupa dengan orang tersebut.

Tuhan Yesus Ajaib

Setelah tanah yang 3.000 m2 berhasil dibeli, tanah yang menawarkan Rp. 8 juta pun bisa dibeli dengan harga Rp. 2 juta. Akhirnya dalam 1 1/2 tahun bisa membeli tanah seluas 1,5 hektar.

Diproses Tuhan

Ketika ajukan IMB, Saat itu Lurah Kembanglimus tidak mau tanda tangan, walau telah mendapatkan rekomendasi dari PANGKOPKAMTIB saat itu (alm) Bpk. Sudomo (Orang yang sangat berkuasa zaman itu).

Sejak itu Daniel banyak belajar doa puasa, suatu malam ia dapat firman TUHAN : Yesaya 56:7 (TB) mereka akan Kubawa ke gunung-Ku yang kudus dan akan Kuberi kesukaan di rumah doa-Ku. Aku akan berkenan kepada korban-korban bakaran dan korban-korban sembelihan mereka yang dipersembahkan di atas mezbah-Ku, sebab rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa.

Rupanya semua manusia harus diproses Tuhan melalui ujian-ujian. Daniel harus menunggu 4 tahun setelah memiliki tanah dibukit, tanah-tanah tersebut ia namakan BUKIT RHEMA. Rhema adalah dari bahasa Yunani yang artinya: firman yang Hidup dan menjadi Kenyataan.

Empat tahun bukanlah waktu yang singkat, dalam penantiannya ia sempat putus asa. Sampai suatu saat ia menulis surat ke Pdt. David Yonggi Cho yang mempunyai gereja terbesar di dunia saat itu untuk minta dana atau kerjasama. Daniel menerima surat balasan dari Korea yang isinya membuat ia sadar : “Mr. Daniel, do you aware, our Lord Jesus has power to solve your problem and He is your finance sources.”.

Sejak itu Daniel tidak pernah lagi minta tolong pada manusia. Ia sadar bahwa ini proyek TUHAN, harus minta pada TUHAN yang penuh kuasa dan DIA lah sumber keuangan kita.

Perkembangan Bukit Rhema

Bukit Rhema dibangun dengan tujuan untuk Rumah Doa bagi Segala Bangsa, saat ini Bukit Rhema dikenal luas dengan nama Gereja Ayam. Setiap orang boleh datang ke tempat ini untuk berdoa dan menikmati kebesaran Tuhan melalui pemandangan yang indah.

Selain itu Bukit Rhema juga diperlengkapi dengan Wisata Edukasi tentang bahaya narkoba dan tentang keluarga, lalu Wisata Kuliner dengan dibukanya Kedai Rakyat W’Dank Bukit Rhema di sisi belakang gedung Bukit Rhema.